(0362) 23022
bpbd@bulelengkab.go.id
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Konsep Tri Hita Karana dalam Penanggulangan Bencana

Admin bpbd | 29 Maret 2023 | 146 kali

Hallo Sobat Tangguh!!! Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki keindahan alam dan kekayaan budaya yang sangat beragam. Keindahan alam dan kekayaan budaya ini mampu menarik perhatian wisatawan untuk menjadikan Bali sebagai tujuan destinasi wisata. Masyarakat Bali juga memiliki kekhasan tersendiri di mata wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri, baik itu keramahan dan ketaatan dalam menjaga keajegan Bali. Berbicara tentang kekayaan budaya maupun tradisi masyarakat Bali, tentunya sudah tidak asing lagi ditelinga kita tentang konsep Tri Hita Karana dalam keseharian kehidupan masyarakat Bali. Nah, apa itu Tri Hita Karana?

Tri Hita Karana dapat diartikan sebagai konsep atau ajaran dalam Agama Hindu yang menitikberatkan bagaimana antar sesame bisa hidup rukun, damai, dan harmonis. Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan dan keseimbangan. Tri berarti tiga, Hita berarti kesejahteraan, dan Karana artinya penyebab. Sehingga Tri Hita Karana secara definisi dan dimaknai sebagai tiga hubungan harmonis yang menjadi penyebab kebahagiaan dan keseimbangan alam semesta. Baik antara manusia dengan Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa (Parahyangan), manusia dengan sesama manusia (Pawongan), dan manusia dengan lingkungannya (Palemahan), (Valentini, 2021).

Termasuk juga dalam upaya penanggulangan bencana, mengingat Bali, Khususnya Kabupaten Buleleng memiliki julukan sebagai mall bencana ataupun gudang bencana mengingat banyak sekali ancaman bencana yang dimiliki, mulai dari gempa bumi, tsunami, banjir, banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, cuaca ekstrim dan angin putting beliung, gelombang ekstrim dan abrasi, serta ada juga kebakaran hutan dan lahan. Menjaga keseimbangan alam dapat menjadi kunci, seperti filosofi Agama Hindu kita percaya akan Karmaphala yang dapat diartikan sebagai hasil daripada baik atau buruknya suatu perbuatan, sehingga konsep “Apa yang kau tanama itu yang kau tuai” sangatlah sesuai dengan keadaan kita dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penanggulangan bencana masyarakat Bali khususnya dalam pra bencana melalui mitigasi non struktural dimana pendekatan melalui mitigasi spiritual sangat identik dengan Bali yang masyarakatnya memiliki kompleksitas yang tinggi, sebab keterikatan masyarakat Hindu lebih mudah digerakkan dengan Desa Adat, sebab keterikatan orang Bali bersama adat tidak hanya bersifat administratif formal seperti Desa Dinas, tapi keterikatan sosial, budaya, religius yang memberi dampak luas dalam kehidupannya. Aspek niskala berkaitan dengan aspek kepercayaan dan religiusitas masyarakat Bali. Kita mengambil contoh Surat Edaran nomor 247/1571/PPDA/DPMA dan Nomor 05/SK/MDA-ProvBali/III/2020 tanggal 28 Maret 2020, seluruh Desa Adat di Bali diberikan tugas untuk menyampaikan kepada masyarakat luas himbauan agar melakukan doa niskala, memohon berkah (nunas ica) kepada pemuka agama (Pemangku) di Pura Khayangan Tiga Desa Adat dengan mempersembahkan upakara yaitu nyejer daksina (mempersembahkan daksina ) sampai Covid-19 berakhir. Juga ada ajaran Weda Smrti VII.14, setelah alam semesta beserta isinya diciptakan, Tuhan kemudian menurunkan Rta dan Dharma yaitu norma untuk mengatur alam dan menuntun kehidupan umat manusia. Sampai dalam Lontar Purana Bali menjadi enam kemuliaan yang wajib dilakukan untuk membangun keseimbangan dan perdamaian antara alam dengan manusia yang sampai saat ini jadi filosofi pedoman hidup masyarakat Bali melalui Gubernur Bali Wayan Koster yaitu Nagun Sat Kerti Loka Bali sebagai visi misi pembangunan Bali (Valentini, 2021).

Pawongan artinya manusia hendaknya menjaga keharmonisan antar sesama manusia, seperti yang kita ketahui bersama manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Termsuk dalam urusan kebencanaan dimana konsep Pentahelix yang merupakan lima elemen masyarakat perlu dioptimalkan dalam kegiatan penanggulangan bencana baik di pra bencana, saat tanggap darurat maupun pasca bencana. Pentahelix yang dimaksud menyasar pemerintah, akademisi, pers, dunia usaha, dan masyarakat. Kolaborasi dan partisipasi memberikan sumbangsih baik pikiran maupun tenaga sangat diperlukan demi menekan atau mengurangi risiko bencana. Tindakan nyata yang bisa dilakukan seperti melaksanakan perjanjian kerjasama antar lembaga yang mampu menegaskan pihak yang terlibat mampu terjamin dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya, memperjelas pembagian tugas yang sudah disahkan dalam ranah hukum. Pengembangan forum relawan Pengurangan Risiko Bencana menjadi wadah atau mekanisme koordinasi dalam pengarustamaan pengurangan risiko bencana dan berperan dalam pembentukan dan pengembangan sistem PRB  yang menyeluruh diberbagai tingkatan baik skala Nasional sampai tingkat Desa, sehingga jelas dlaam pembagian peran apabila sewaktu-waktu terjadi bencana, mengingat bencana sulit diprediksi kapan terjadinya, sehingga kesiapsiagaan sejak dini baik secara hukum maupun kelembagaan dapat menjadi kunci (BNPB, 2020).

Palemahan merupakan hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungannya. Kita sering mendengar istilah Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita, ini bisa menjadi acuan kita dalam upaya dalam menjaga kelestarian lingkungan mengingat kita sebagai “pengguna” yang memanfaatkan alam dalam kehidupan maupun penghidupan sehari-hari. Upaya yang bisa dilakukan seperti mitigasi penanaman pohon atau reboisasi pada daerah rawan longsor atau banjir, pada saat Covid-19 dan maraknya virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) melaksanakan penyediaan tempat cuci tangan di lokasi-lokasi strategis juga rutin melaksanakan penyemprotan atau desinfeksi guna menekan penyebaran virus, melaksanakan biosecurity pada hewan ternak, juga BPBD Kabupaten Buleleng memiliki agenda rutin dalam menjaga lingkungan yaitu Bank Sampah Siap Untuk Selamat sebagai upaya meningkatkan kesadaran pegawai dalam memilah sampah dan menjaga kebersihan juga mengimplementasikan program pemerintah mengenai pengelolaan sampah berbasis sumber.

 

Sumber :

Valentini, Eva.2021.Pandemi Covid dan Impelementasi Ajaran Tri Hita Karana.Kemenag.Tim Mimbar Hindu

Direktorat Pemberdayaan Manusia, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Sehatnegeriku.kemkes.go.id