Jakarta - Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB) menyelenggarakan Sosialisasi dan Lokakarya Penilaian Ketahanan Daerah Dalam Rangka Penurunan Indeks Resiko Bencana pada tanggal 21 s.d 23 Nopember 2018 bertempat di Hotel Milenium Tanah Abang-Jakarta. Kegiatan dibuka oleh Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB bapak Ir. Bernardus Wisnu Widjaja, M.Sc, dan kegiatan diikuti oleh BPBD dan Bappeda 136 Kabupten/Kota se-Indonesia.
Badan Penanggulang Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng dalam kegiatan Sosialisasi dan Lokakarya Penilaian Ketahanan Daerah dihadiri langsung oleh Kepala Pelaksana BPBD Buleleng bapak Ida Bagus Suadnyana, SH., M.Si serta Sekretaris BPBD Kabupaten Buleleng bapak Drs. Ketut Susila.
Bencana dapat mengganggu dan merusak hasil-hasil pembangunan jika tidak ada upaya untuk mengurangi potensi kerugiannya di masa yang akan datang. Setelah gempa terjadi di Lombok dan Sumbawa pada akhir Juli hingga Agustus 2018, lebih dari 204 ribu rumah rusak. Selain itu, sekolah, kantor pemerintahan, pasar, dan jalan juga mengalami kerusakan. Gempa yang terjadi juga menyebabkan korban jiwa dan luka-luka serta ribuan warga harus tinggal di pos-pos pengungsian.
Potensi kerugian karena bencana disebut risiko bencana. Di Indonesia, risiko bencana ini tidak bisa dihindari dan hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki risiko bencana. Kondisi geologi dan geografi negara ini yang berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, serta berada dalam wilayah cincin api (Ring of Fire) menyebabkan ratusan gunungapi dan juga zona subduksi yang menjadi pusat-pusat gempabumi tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sementara itu, dari sisi hidrometeorologi, Indonesia terancam bencana longsor, banjir dan kekeringan.
Dari kegiatan ini, diharapkan daerah-daerah dengan risiko tinggi dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi mengetahui kapasitas dirinya sendiri dan mampu menentukan upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam rangka menurunkan Indeks Risiko Bencana Indonesia.